Menpora Tegaskan Atlet Indonesia Harus Punya Masa Depan
Desember 07, 2025
Jakarta : Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Erick Thohir menegaskan pentingnya perubahan persepsi terhadap nasib atlet Indonesia, terutama terkait dengan kesejahteraan mereka setelah pensiun.
Dalam acara Indonesia Sports Summit 2025 di Indonesia Arena, Jakarta, Erick menyampaikan harapannya agar semua stakeholder terlibat dalam menciptakan ekosistem olahraga yang lebih baik, yang tidak hanya menguntungkan bagi atlet, tetapi juga bagi industri olahraga secara keseluruhan.
"Amerika menguasai sport industry dengan 40 persen kontribusi global. Itu artinya, mereka sangat serius mengelola olahraga sebagai sektor ekonomi. Liga-liga olahraga di sana, gaji pemainnya pun fantastis. Kita harus bisa mengikuti jejak itu," ujar Erick. (7/12/25).
Menpora menambahkan untuk memajukan industri olahraga di Indonesia, bukan hanya pemerintah yang harus berperan, tetapi juga para pemangku kepentingan lainnya. Salah satu langkah nyata yang sudah diambil pemerintah adalah pemberian insentif kepada atlet.
“Alhamdulillah, Bapak Presiden (Prabowo) telah memberikan insentif yang luar biasa, seperti bonus SEA Games yang kini mencapai 1 miliar rupiah. Ini penting agar atlet tidak hanya fokus pada prestasi, tetapi juga bisa memikirkan masa depan mereka,” ucap Erick.
Namun, Erick menekankan bonus tersebut bukan hanya soal penghargaan semata, tetapi juga untuk menciptakan rasa aman bagi atlet setelah mereka pensiun.
"Atlet itu seperti artis atau pemain utama dalam sebuah produk besar. Sayangnya, banyak yang tidak mendapatkan penghidupan yang layak setelah pensiun, bahkan terkadang kesulitan karena cedera. Oleh karena itu, bonus yang diberikan pemerintah diharapkan bisa menjadi tabungan bagi masa depan mereka," kata Erick.
Sebagai bagian dari upaya jangka panjang, Menpora juga menyebutkan bahwa pihaknya sedang membahas mekanisme dana pensiun atlet, yang diharapkan bisa memberikan rasa aman dan stabilitas finansial setelah mereka tidak lagi aktif bertanding.
"Kita tidak ingin melihat atlet setelah pensiun hidup dalam kesulitan. Ada atlet yang mungkin harus beralih profesi, tetapi dengan sistem dana pensiun yang baik, mereka bisa tetap memiliki masa depan yang cerah," ucap Erick.
Pemerintah juga sudah memberikan perhatian khusus untuk student athlete, dengan kebijakan seperti LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) yang memberi kesempatan bagi atlet muda untuk melanjutkan pendidikan setelah pensiun.
"Bapak Presiden sudah memberikan kebijakan yang mendukung atlet agar tidak hanya fokus pada olahraga, tetapi juga punya kesempatan melanjutkan pendidikan dan berkarier di bidang lain setelah pensiun," tutur Erick.
Erick juga menyoroti ketimpangan persepsi masyarakat terhadap atlet Indonesia. Sering kali, masyarakat melihat atlet sebagai sosok yang "miskin" atau "susah", padahal di dunia olahraga internasional, gaji atlet profesional bisa mencapai miliaran Rupiah per tahun.
Sebagai contoh, pemain sepak bola di liga-liga besar bisa memperoleh gaji mencapai 4-5 miliar per tahun.
"Jangan salah, atlet itu bukan hanya tentang kemampuan fisik, tetapi juga bagian dari industri besar yang memiliki potensi ekonomi yang luar biasa," kata Erick.
Dengan berbagai kebijakan yang sedang digulirkan, Erick berharap bisa mengubah pandangan negatif tentang atlet dan memastikan bahwa mereka mendapatkan penghargaan yang pantas.
Lebih jauh lagi, Menpora mengajak semua pihak untuk bersinergi demi menciptakan sistem yang lebih baik untuk kemajuan olahraga di Indonesia.
"Ini bukan hanya tanggung jawab Kemenpora, tetapi semua pihak. Kita harus menjadi satu tim untuk memajukan olahraga di Indonesia, tidak hanya di level prestasi, tetapi juga di level ekonomi," ucap Erick.
Melalui langkah-langkah yang telah dan akan diambil, pemerintah berharap atlet Indonesia dapat memiliki masa depan yang lebih baik, dengan jaminan kesejahteraan dan kesempatan yang lebih luas setelah pensiun dari dunia olahraga.(*)
