IBL 2026 Hadirkan Regulasi Baru: Semifinal Best of Five, Gaji Pemain Asing Dibatasi
Font Terkecil
Font Terbesar
Karawang : Liga Basket Indonesia (IBL) resmi mengumumkan regulasi terbaru untuk musim kompetisi 2026 yang akan dimulai pada 10 Januari mendatang.
Sejumlah pembaruan dihadirkan sebagai bagian dari upaya meningkatkan profesionalisme, memperkuat tata kelola liga, serta menciptakan kompetisi yang semakin kompetitif dan berimbang di tengah pesatnya perkembangan industri bola basket nasional.
Salah satu kebijakan yang dipertahankan adalah format home-and-away, yang telah diterapkan selama dua musim terakhir.
Format ini dinilai berhasil memberikan dinamika kompetisi yang lebih seru serta menciptakan atmosfer pertandingan yang hidup di berbagai kota di Indonesia.
Dengan sistem ini, setiap klub memiliki peluang untuk membangun dan memperkuat basis penggemar di wilayah masing-masing, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui industri olahraga.
Untuk babak semifinal dan final, IBL memperkenalkan sistem pertandingan baru, yakni best of five dengan format kandang-tandang (H-H-A-A-H).
Tim dengan peringkat lebih tinggi pada musim reguler akan mendapatkan keuntungan berupa jumlah pertandingan kandang yang lebih banyak.
Keputusan ini diambil sebagai bentuk komitmen untuk menyajikan liga yang kompetitif dan adil, sekaligus menjaga kualitas pengalaman menonton bagi para penggemar di seluruh Indonesia.
Dari sisi komposisi pemain, IBL tetap menekankan keseimbangan antara kekuatan tim dan pengembangan talenta muda lokal. Setiap klub dapat mendaftarkan sebanyak 14 pemain lokal serta maksimal tiga pemain asing, termasuk pemain berstatus heritage atau naturalisasi.
Dua dari tiga pemain asing tersebut harus memiliki tinggi badan maksimal 200 sentimeter, sementara satu pemain tidak dibatasi tinggi badannya. Ketiganya dapat dimainkan secara bersamaan di lapangan.
Bagi klub yang memiliki pemain heritage atau naturalisasi, hanya diperbolehkan merekrut dua pemain asing, yang juga dapat dimainkan secara bersamaan dengan dua pemain asing lainnya.
Dalam rangka mendorong regenerasi atlet lokal, IBL juga mewajibkan setiap klub untuk mendaftarkan minimal dua pemain berusia di bawah 23 tahun.
Pemain-pemain muda tersebut harus mendapatkan rata-rata waktu bermain minimal lima menit per pertandingan yang dihitung secara kumulatif di akhir musim.
Kebijakan ini diharapkan dapat menjaga keberlanjutan pembinaan dan pengembangan atlet nasional di tengah meningkatnya kualitas kompetisi.
Aspek finansial juga menjadi perhatian utama dalam regulasi baru ini. IBL menerapkan batas gaji atau salary cap bagi pemain asing sebesar 30.000 dolar Amerika Serikat per bulan.
Kebijakan ini dirancang untuk menjaga keseimbangan finansial klub serta menciptakan kompetisi yang sehat dan berkelanjutan.
Pengawasan terhadap penerapan salary cap akan dilakukan oleh tim Governance & Compliance yang dipimpin oleh David Crocker, mantan Managing Director FIBA, sebagai pihak independen.
Klub yang terbukti melakukan pelanggaran akan dikenai sanksi yang bervariasi, mulai dari denda, pengurangan subsidi, hingga pengurangan poin, tergantung pada tingkat pelanggaran yang terjadi.
Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah menegaskan bahwa langkah-langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk membangun liga yang lebih profesional.
Menurutnya, pembatasan gaji tidak hanya berfungsi sebagai pengendali biaya, tetapi juga sebagai mekanisme untuk menciptakan kesetaraan antar klub dalam hal peluang untuk berkembang.
“Kami ingin menciptakan liga yang kompetitif dan sehat secara finansial. Salary cap bukan hanya sebagai pembatas, tetapi sebagai mekanisme untuk menjaga agar semua tim memiliki peluang yang sama untuk berkembang,” ujar Junas dalam keterangan, Sabtu, 11 Oktober 2025.
Ia menambahkan bahwa sistem home-and-away dan pembatasan gaji adalah dua pilar utama dalam membangun ekosistem kompetisi yang berimbang dan berdaya saing tinggi.
Dengan periode kompetisi yang kini berlangsung selama enam bulan, mulai Januari hingga Juni 2026, IBL diharapkan memasuki babak baru dalam sejarah bola basket nasional.
Kombinasi antara format pertandingan yang dinamis, sistem keuangan yang transparan, serta perhatian terhadap pembinaan pemain muda menjadi fondasi utama bagi liga yang bukan hanya menarik dari sisi permainan, tetapi juga kokoh dari segi tata kelola dan profesionalisme.(*)